TEKNIK PEMBELAJARAN
1.
Inquiri atau Menemukan
Pengertian
Metode Pembelajaran Inkuiri Menurut Para Ahli
Adapun beberapa
pengertian mengenai Metode Pembelajaran Inkuiri menurut paha ahli sebagai
berikut:
1. Phillips
(dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran
dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang
menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”.
2. Sanjaya
(2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan”.
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri
adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan siswa dalam
memperoleh informasi dengan cara proses berpikir logis dan analitis
untuk memecahkan suatu masalah.
Konsep Dasar Metode
Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2012),
metode pembelajaran Inkuiri adalah strategi pembelajaran inkuiri, yakni
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering
juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani,
yaituheuriskein yang berarti saya menemukan.
Tujuan dari penggunaan
strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri
siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal,
namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala
ia bisa menguasai materi pelajaran.
Sebagai contoh
penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran Sejarah dengan topik “Peninggalan-peninggalan
Di Jaman Prasejarah”.
Tabel
No.
|
Tahap
Pembelajaran
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
1.
|
Orientasi
|
a. Menjelaskan
topik dan tujan, yaitu tentang peninggalan prasejarah
b. Memberikan
contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c. Membimbing
siswa untuk melakukan analisis terhadap prninggalan prasejarah
d. Merangsang
siswa untuk mengajukan pertanyaan berkaitan peninggalan prasejarah.
e. Membimbing
untuk mengkaji hubungan antar data yang ditemukan terkait peninggalan
prasejarah.
|
a. Memahami
topik dan tujuan tentang peninggalan prasejarah
b. Menerima
contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c. Melakukan
analisis terhadap prninggalan prasejarah.
d. Melakukan
tanya jawab berkaitan peninggalan prasejarah.
e. Mengkaji
hubungan antar variable/data pada contoh kasus yang ditemukan terkait
peninggalan prasejarah.
|
2.
|
Merumuskan
Masalah
|
a. Membantu
siswa mengembangkan hipotesis terkait peninggalan prasejarah.
b. Membantu
siswa menguji kebenaran atas data-data yang terkumpul terkait dengan
peninggalan prasejarah.
c. Membantu
siswa mencari fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.
|
a. Mengembangkan
hipotesis terkait peninggalan prasejarah.
b. Menguji
kebenaran data-data dengan memanfaatkan media yang ada (buku, internet)
c. Mencari
fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.
|
3.
|
Merumuskan
hipotesis
|
a. Membimbing
untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan hipotesis.
b. Membimbing
siswa merumuskan hipotesis
|
a. Melakukan
klarifikasi hipotesis.
b. Merumuskan
hipotesis
|
4.
|
Pengumpulan
Bukti dan Fakta
|
a. Membimbing
siswa untuk mengumpulkan fakta dan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung
hipotesis melalui buku, internet, dan sebagainya
b. Membimbing
siswa cara-cara mengumpulkan fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.
c. Mendorong
siswa melakukan untuk belajar meverivikasi, mengkategorikan data.
|
a. Melakukan
pengumpulan data, fakta, bukti yang mendukung hipotesis melalui buku,
internet, dan sebagainya
b. Mengumpulkan
fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.
c. Melakukan
verifikasi, kategori data.
|
5.
|
Menguji
Hipotesis
|
a. Membantu
siswa memperluas hipotesis yang diajukan.
b. Membantu
mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis.
c. Meyakinkan
siswa atas kebenaran/fakta yang menjadi jawaban dari rumusan hipotesis dan
dari data-data yang telah terkumpul
|
a. Memperluas
hipotesis yang diajukan.
b. Mengkaji
kualitas dan kekurangan hipotesis.
c. Menerima
kebenaran/fakta yang menjadi jawaban rumusan hipotesis dan dari data-data
yang telah terkumpul.
|
6.
|
Merumuskan
Kesimpulan
|
a. Membantu
siswa mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu dengan
memberikan kesimpulan atas beberapa hasil uji hipotesis
b. Membimbing
siswa untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan.
c. Membimbing
siswa untuk menganalisis masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d. Membimbing
siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat
|
a. Mengungkapkan
penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu memberikan
kesimpulan atas beberapa hasil uji hipotesis
b. Mengembangkan
beberapa kesimpulan.
c. Melakukan
analisis atas masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d. Melakukan
pemilihan pemecahan masalah yang paling tepat
|
2.
Konstruktivisme
Konsep Belajar Konstruktivisme
Teori konstrukivisme
merupakan teori belajar yang termasuk ke dalam teori belajar kognitif. Teori
konstruktivisme mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan
oleh J. Piaget pada akhir abad ke-20. Menurut teori ini pada
dasarnya tiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian”
orang lain, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran siswa
sendiri ketika ia berupaya mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada
kerangka kognitif yang sudah ada dalam pikirannya. Sebagaimana
dikatakan Bodner : “….knowladge is constructed as the learner strives to
erganize his or her experience in terms of preexisting mental structure”.
Dengan demikian pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak
seorang guru ke otak siswanya. Seorang siswa harus membangun sendiri
pengetahuan tersebut dalam otak masing-masing.Pengetahuan yang hanya diperoleh
melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Pengetahuan tersebut hanya akan diingat sementara.
Proses penyempurnaan
skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema, dan akomodasi adalah proses
merubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Misalnya pada suatu
hari anak merasa sakit karena terpercik api, maka berdasarkan pengalamannya
terbentuk skema tentang api, bahwa api harus dihindari. Dengan demikian ketika
melihat api,secara reflek ia akan menghindar. Semakin dewasa, pengalaman
tentang api semakin bertambah. Ketika ia melihat ibunya memasak menggunakan api
atau melihat ayahnya menyalakan rokok dengan api, maka skema awal tentang api
yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api bukan harus dihindari tapi
dimanfaatkan.
Pandangan J. Piaget
tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan terbentuk dalam struktur kognitif
individu, sangat berpengaruh terhadap paradigma proses pendidikan di sekolah,
yaitu berkembangan metode pembelajaran yang tidak menjadikan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar. Secara rinci implikasi dari teori belajar konstruktivisme
dalam pendidikan anak yang dikutip oleh Hamzah dari Poedjiadi
(2006) adalah sebagai berikut :
1. tujuan
pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu
atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan
yang dihadapi
2. kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari–hari dan
3. peserta
didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada
diri peserta didik
Contoh-contoh Pembelajaran Matematika SD
Dengan Pendekatan Konstruktivisme.
Perhatikan dialog
antara guru dan siswa dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Fitz Simons
(1992) :
Guru :
berapa 10 pangkat 3?
Siswa :
1000
Guru :
dan 10 pangkat 2?
Siswa :
100
Guru :
jadi 10 pangkat 1 menjadi berapa?
Siswa :
10
Siswa :
berapa 10 pangkat 0? (siswa bertanya kepada guru )
Guru :
mari kita cari berapa 10 pangkat 0?
kamu
tahu bahwa pangkat 10 menurun satu persatu. Apa yang
terjadi jika 10 pangkat
0?
Siswa : satu
Guru : berapa
10 pangkat -1?
Siswa : 0,1
atau 1/10
Dari
dialog guru dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme guru mengajak siswa untuk mengemukakan pendapat,
mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga
siswa diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman dan mengkonstruksi sendiri
tentang konsep bilangan pangkat n yaitu 10 pangkat 3 atau 103 =
1000 dimana nilai n = 3.Jadi 10n =…
3.
SETS (Sains, Lingkungan, Teknologi dan
Masyarakat)
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) dapat dimaknakan
sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan
yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai
kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan
SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di
lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit
sains maupun non sains.
Konsep Pendidikan SETS
Hakekat SETS dalam pendidikan
merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh
pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan
tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah
yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan.
Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang
berkaitan dengan kekayaan bumi
maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara
menyelamatkan bumi.
Keberhasilan Pendidikan SETS
dengan kedalaman yang memadai sangat relevan untuk memecahkan problem yang melanda kehidupan
sehari-hari. Misalnya masalah pencemaran, pengangguran, bencana alam, kerusuhan
sosial dan lain-lainnya. Isu-isu tersebut dapat dibawa ke dalam kelas dan
dikaji melalui pendidikan SETS untuk dicarikan pemecahannya, paling tidak
pencegahannya.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing
peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang
berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya
menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar
elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Pendidikan SETS mencakup topik maupun konsep yang berhubungan
dengan sains, teknologi, lingkungan dan berbagai hal yang diperkirakan melanda
masyarakat. Obyek-obyek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan
dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama SETS.
Keempat unsur pada Pendidikan SETS saling berinteraksi dalam membahas suatu konsep pendidikan
baik sins maupun non sains. Untuk memenuhi kepentingan peserta didik perlu
diciptakan suatu program yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik
maupun warga masyarakat. Para guru diharapkan lebih berhati-hati dalam
pengajarannya jika memasukkan konsep atau topik yang akan dibahas dengan teknik
Pendidikan SETS. Topik tersebut harus aktual dan sesuai dengan subyek yang
sedang dipelajari dan tentunya tidak bertentangan dengan kurikulum yang
dibakukan. Satu hal yang paling penting, Pendidikan SETS harus dapat membawa
setiap peserta didik berperan serta dalam kegiatan pembelajaran.
Bentuk korelasi hubungan timbal
balik antara unsur-unsur SETS digambarkan sebagai berikut : (yang menjadi fokus
perhatian adalah lingkungan).
TEKNOLOGI
|
LINGKUNGAN
|
S A I N S
|
MASYARAKAT
|
Gambar 1. Hubungan timbal balik
unsur-unsur Pendidikan SETS
Berarti sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat saling terkait
dalam hubungan dua arah antara sains dengan lingkungan, teknologi, masyarakat.
Antara lingkungan dengan sains, teknologi, masyarakat. Antara teknologi dengan
sains, lingkungan, masyarakat. Antara masyarakat dengan sains, lingkungan,
teknologi. Hubungan ke saling terkaitan dua arah antara elemen-elemen SETS
menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang menjadi dampak yang tumbuh dari
perkembangan tiap-tiap elemen SETS.
4.
Pemecahan Masalah
Sanjaya membedakan
antara mengajar memecahkan masalah dengan pemecahan masalah sebagai suatu
strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana
siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika.
Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu
siswa agar memahami dan menguasi materi pembelajaran dengan menggunakan
strategi pemecahan masalah. Perbedaannya terdapat pada kedudukan pemecahan
masalah apakah sebagai konten atau isi pelajaran atau sebagai strategi. Strategi pembelajaran pemecahan masalah bisa
dalam hal pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar
konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Ada dua jenis pendekatan
yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan yang bersifat materi. Metode
pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum. Dalam pembelajaran matematika, pembelajaran
dengan pendekatan pemecahan masalah berarti guru menyajikan materi pelajaran
dengan mengarahkan siswa kepada pemanfaatan strategi pemecahan masalah dalam
memahami materi pelajaran dan dalam menyelesaikan soal-soalnya. Materi
pelajaran dipandang sebagai sekumpulan masalah yang harus dipahami dan
diselesaiakan. Sedangkan metode pemecahan masalah lebih sempit lagi, yaitu
bagaimana guru menyajikan soalsoal sebagai masalah yang harus dipecahkan dengan
strategi pemecahan masalah.
Dalam perkembangan
teori-teori pembelajaran, pembelajaran pemecahan masalah ini dapat dipraktekkan
seperti dalam pendekatan pembelajaran open ended, problem based learning (PBL),
atau metode pembelajaran yang secara khusus mengajarkan strategi-strategi
pemecahan masalah. Khususnya di SD, masalah matematika sering disajikan dalam
bentuk soal cerita, soal tidak rutin, teka-teki, atau pola bilangan. Tetapi
dalam buku-buku teks pembelajaran yang sering digunakan adalah soal cerita dan
ilustrasi gambar
Krulik dan Rudnik (
1995) mengenalkan lima tahapan pemecahan masalah yang mereka sebut sebagai
heuristik. Heuristik adalah langkah-langkah dalam menyelesaikan sesuatu tanpa
harus berurutan. Dalam bukunya, ”Teaching Reasoning and Problem Solving in
Elementary School”, mereka mengkhususkan langkah ini dapat diajarkan di sekolah
dasar.
Lima langkah tersebut
adalah :
1. Read and Think
(Membaca dan Berpikir), yang meliputi kegiatan mengidentifikasi fakta,
mengidentifikasi pertanyaan, memvisualisasikan situasi, menjelaskan setting,
dan menentukan tindakan selanjutya.
2. Explore and Plan
(Ekplorasi dan Merencanakan), yang meliputi kegiatan: mengorganisasikan
informasi, mencari apakah ada informasi yang sesuai/diperlukan, mencari apakah
ada informasi yang tidak diperlukan, mengambar/mengilustrasikan model masalah,
dan membuat diagram, tabel, atau gambar.
3. Select a Strategy
(Memilih Strategi), yang meliputi kegiatan : menemukan/membuat pola, bekerja
mundur, coba dan kerjakan, simulasi atau eksperimen, Penyederhanaan atau
ekspansi, membuat daftar berurutan, deduksi logis, dan membagi atau
mengkategorikan permasalahan menjadi masalah sederhana.
4. Find an Answer
(Mencari Jawaban), yang meliputi kegiatan: memprediksi, menggunakan kemampuan
berhitung, menggunakan kemampuan aljabar, menggunakan kemampuan geometris, dan
menggunakan kalkulator jika diperlukan.
5. Reflect and Extend
(Refleksi dan Mengembangkan), memeriksa kembali jawaban, menentukan solusi
alternatif, mengembangkan jawaban pada situasi lain, mengembangkan jawaban
(generalisasi atau konseptualisasi), mendiskusikan jawaban, dan menciptakan
variasi masalah dari masalah yang asal.
5.
Diskusi
Metode
diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa
yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.
Metode diskusi dalam
belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1. The
social problem meeting
Dalam
bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di
kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa
terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah
yang berlaku.
2. The
open-endet meeting
Para
siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang. berhubungan dengan
kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di sekolah, dengan segala sesuatu
yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka.
3. The
educational-diagnosis meeting
Para
siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling
mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar
masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Metode diskusi dalam
belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan
dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2.
Dengan pimpinan guru, siswa membentuk
kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat,
pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan
sebagainya.
3.
Para siswa berdiskusi di kelompoknya
masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang
lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan
lancar.
4.
Kemudian tiap kelompok diskusi
melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi
oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan
menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut.
5.
Para siswa mencatat hasil diskusi
tersebut, dan para guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok,
sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.
Manfaat Metode
Diskusi
Diskusi
kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid,
antara lain:
1.
Membantu murid untuk tiba kepada
pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena
terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari
berbagai sudut pandangan. 2
2.
Mereka tidak terjebak dengan jalan
pikirannya sendiri yang kadangkadang salah.
3.
Segala kegiatan belajar akan memperoleh
dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
4.
Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan
antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota
kelas.
5.
Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka
diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman,
karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai
sesuatu.
6.
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut
untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu
anak usia SD harus ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia yang kreatif.
Untuk itu guru harus menguasai keterampilan bertanya dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi didalam menciptakan situasi yang kondusif
bagi terlaksananya tanya jawab yang mendidik.
Adapun tujuan metode tanya jawab adalah :
1) Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2) Mendorong siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang
masalah yang belum dipahami
3) Menimbulkan kompetisi belajar yang sehat, dimana siswa yang aktif dan
dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lain dengan baik akan lebih
percaya diri dan akan terus berusaha untuk lebih baik lagi, dan siswa
yang belum aktif atau tidak dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa
lainnya dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam kesempatan lain.
4) Melatih siswa untuk berpikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik
berdasarkan pemikiran yang orisinal.
5) Dengan metode tanya jawab siswa diarahkan agar mengerti, memahami
dan berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat
dicapai dengan baik.
Keunggulan Metode tanya jawab meliputi sebagai berikut
a) Dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b) Mengetahui kedudukan atau kualitas siswa dalam belajar di kelas.
c) Dapat merangsang siswa menggunakan daya pikir dan nalarnya.
d) Menimbulkan keberanian dalam mengemukakan jawaban. 2) Keterbatasan Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut
untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu
anak usia SD harus ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia yang kreatif.
Untuk itu guru harus menguasai keterampilan bertanya dan juga harus mempunyai semangat yang tinggi didalam menciptakan situasi yang kondusif
bagi terlaksananya tanya jawab yang mendidik.
Adapun tujuan metode tanya jawab adalah :
1) Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2) Mendorong siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru tentang
masalah yang belum dipahami
3) Menimbulkan kompetisi belajar yang sehat, dimana siswa yang aktif dan
dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lain dengan baik akan lebih
percaya diri dan akan terus berusaha untuk lebih baik lagi, dan siswa
yang belum aktif atau tidak dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa
lainnya dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam kesempatan lain.
4) Melatih siswa untuk berpikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik
berdasarkan pemikiran yang orisinal.
5) Dengan metode tanya jawab siswa diarahkan agar mengerti, memahami
dan berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan dapat
dicapai dengan baik.
Keunggulan Metode tanya jawab meliputi sebagai berikut
a) Dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b) Mengetahui kedudukan atau kualitas siswa dalam belajar di kelas.
c) Dapat merangsang siswa menggunakan daya pikir dan nalarnya.
d) Menimbulkan keberanian dalam mengemukakan jawaban. 2) Keterbatasan Metode tanya jawab
Langkah-langkah
Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Bagaimana cara melaksanakan metode tanya jawab dengan baik? Metode
tanya jawab ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai
berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
berakhir
b) Siapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. c) Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan sesuai dengan
ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik (tergantung materi dan
tujuan pelajaran).
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Seperti halnya metode ceramah, sebelum kegiatan inti pelajaran, guru
melaksanakan kegiatan membuka pelajaran yang meliputi :
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi siswa yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi yang
akan diajar.
Mengajukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan Inti Pelajaran
Kegiatan ini dilakukan melalui metode tanya jawab dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran seperti
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Gunakan keterampilan-keterampilan bertanya dasar dan lanjut
seperti memberi acuan, pemusatan, menggilir, menyebarkan,
memberi waktu berpikir, memberi tuntunan, mengajukan
pertanyaan melacak dan sebagainya.
Jangan lupa memberi penguatan yang dapat menjawab pertanyaan
guru dan menghindari pemberian penguatan negatif bagi siswa
yang tidak dapat menjawab pertanyaan atau yang jawabannya
salah.
Beri tuntunan bagi siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan
guru atau bagi siswa yang jawabannya salah. Jika siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan alihkan ke beberapa siswa lain sampai
diperoleh jawaban yang benar. Siswa yang menjawab salah
diminta mengulangi jawaban yang benar dan diberi penguatan
yang benar. Jika tidak ada satupun siswa yang menjawab dengan
benar, maka guru harus menjawab dan memberi penjelasan.
Jika ada siswa yang bertanya lemparkan pertanyaan itu pada siswa
lain untuk menjawabnya, jangan terburu-terburu guru sendiri yang
menjawab pertanyaan itu.
Pertanyaan guru yang sahih (analisis, sintesis dan evaluasi) beri
kesempatan siswa mendiskusikan dengan teman sebangkunya
untuk memperoleh jawaban yang benar. Setiap pokok bahasan yang selesai dipertanyakan guru meminta
siswa untuk membuat kesimpulannya
c) Kegiatan Mengakhiri Tanya Jawab
Apa yang harus dilakukan guru dalam mengakhiri pembelajaran
dengan metode tanya jawab ini? Adapun yang harus dilakukan guru
adalah:
Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang dilaksanakan
melalui tanya jawab itu. Guru membimbing siswa membuat
rangkuman itu melalui tuntunan atau pertanyaan-pertanyaan
pelacak untuk memperoleh rangkuman yang diinginkan.
Guru melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan.
Guru memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran di rumah
untuk makin menguasai materi tersebut.
Bagaimana cara melaksanakan metode tanya jawab dengan baik? Metode
tanya jawab ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai
berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
berakhir
b) Siapkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. c) Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan sesuai dengan
ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik (tergantung materi dan
tujuan pelajaran).
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Seperti halnya metode ceramah, sebelum kegiatan inti pelajaran, guru
melaksanakan kegiatan membuka pelajaran yang meliputi :
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi siswa yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi yang
akan diajar.
Mengajukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan Inti Pelajaran
Kegiatan ini dilakukan melalui metode tanya jawab dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pelajaran seperti
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Gunakan keterampilan-keterampilan bertanya dasar dan lanjut
seperti memberi acuan, pemusatan, menggilir, menyebarkan,
memberi waktu berpikir, memberi tuntunan, mengajukan
pertanyaan melacak dan sebagainya.
Jangan lupa memberi penguatan yang dapat menjawab pertanyaan
guru dan menghindari pemberian penguatan negatif bagi siswa
yang tidak dapat menjawab pertanyaan atau yang jawabannya
salah.
Beri tuntunan bagi siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan
guru atau bagi siswa yang jawabannya salah. Jika siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan alihkan ke beberapa siswa lain sampai
diperoleh jawaban yang benar. Siswa yang menjawab salah
diminta mengulangi jawaban yang benar dan diberi penguatan
yang benar. Jika tidak ada satupun siswa yang menjawab dengan
benar, maka guru harus menjawab dan memberi penjelasan.
Jika ada siswa yang bertanya lemparkan pertanyaan itu pada siswa
lain untuk menjawabnya, jangan terburu-terburu guru sendiri yang
menjawab pertanyaan itu.
Pertanyaan guru yang sahih (analisis, sintesis dan evaluasi) beri
kesempatan siswa mendiskusikan dengan teman sebangkunya
untuk memperoleh jawaban yang benar. Setiap pokok bahasan yang selesai dipertanyakan guru meminta
siswa untuk membuat kesimpulannya
c) Kegiatan Mengakhiri Tanya Jawab
Apa yang harus dilakukan guru dalam mengakhiri pembelajaran
dengan metode tanya jawab ini? Adapun yang harus dilakukan guru
adalah:
Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang dilaksanakan
melalui tanya jawab itu. Guru membimbing siswa membuat
rangkuman itu melalui tuntunan atau pertanyaan-pertanyaan
pelacak untuk memperoleh rangkuman yang diinginkan.
Guru melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan.
Guru memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran di rumah
untuk makin menguasai materi tersebut.
7. Penugasan / Resitasi
Menurud Sudirman. N, (1991:141). Pengertian metode penugasan/ resitasi
adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar
Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan :Metode resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran
dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus
dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi terstruktur adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal
sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan
kepada guru yang bersangkutan.
Metode resitasi terstruktur merupakan
salah satu pilihan metode mengajar
seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk
dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan
pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan
atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini
merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan
pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang
harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas.
Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu
dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk
mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan
bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai
pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia. Salah
satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang baik adalah memperbesar frekuensi
pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi
suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran.
Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu
Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode resitasiterstruktur yaitu :
1. Tugas yang diberikan harus jelas
2. Tempat dan lama waktu
penyelesaian tugas harus
jelas.
3. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan
petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk
menyelesaikannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan
utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam
mengerjakan tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi
siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)
Kelebihan Metode Penugasan / Resitasi:
1) Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak
, baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.
2) Metode ini dapat mengembangkan kemandiria siswa yang
diperlukan kehidupan kelak.
3) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari
guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang
dipelajari.
4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan
mengolah sendiri imformasi dan komunikasi.
5) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena
kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
8.
Karya ilmiah
Karya Ilmiah atau
tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan)
yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh
melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain
sebelumnya. Tujuan karya ilmiah agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat
dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.
Fungsi karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
1. Penjelasan
(explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)
Hakikat karya ilmiah
mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan
konsisten.
Syarat menulis karya
ilmiah
1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa
1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa
Sifat karya ilmiah
formal harus memenuhi syarat:
1. lugas dan tidak emosional (mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri)
2. Logis (disusun berdasarkan urutan yang konsisten)
3. Efektif (satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan).
4. Efisien (hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami)
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
formal harus memenuhi syarat:
1. lugas dan tidak emosional (mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri)
2. Logis (disusun berdasarkan urutan yang konsisten)
3. Efektif (satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan).
4. Efisien (hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami)
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Manfaat Penyusunan
karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya
ilmiah, ia mesti
membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak
dibahas.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan
mengembangkannya ke
tingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog
pengarang atau katalog
judul buku.
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas
dan sistematis.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
9. Demonstrasi
bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau
prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses
menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau
untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.
Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan :
1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara
bersama-sama.
bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau
prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses
menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau
untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.
Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan :
1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara
bersama-sama.
Kelebihan metode
demonstrasi dibanding dengan metode yang
lain
adalah:
a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi
verbalisme.
b) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemontrasikan itu.
c) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya
sendiri.
e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
adalah:
a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi
verbalisme.
b) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemontrasikan itu.
c) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya
sendiri.
e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal berikut :
1) Kegiatan Persiapan
Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah
disiapkan.
Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan
peralatan yang diperlukan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
a) Kegiatan Pembukaan
Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan
dalam pembukaan pelajaran :
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.
Tanyakan pelajaran sebelumnya. Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau
kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang
akan dibahas.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga
tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam
demonstrasi nanti.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan
dan dipersiapkan oleh guru.
Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus
dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga
semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-
baiknya.
Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang
menegangkan.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti
proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan
komentar-komentar.
c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya
adalah:
Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok
atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi.
Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum dipahami.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-
tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.
1) Kegiatan Persiapan
Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah
disiapkan.
Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan
peralatan yang diperlukan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
a) Kegiatan Pembukaan
Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan
dalam pembukaan pelajaran :
Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.
Tanyakan pelajaran sebelumnya. Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau
kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang
akan dibahas.
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga
tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam
demonstrasi nanti.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan
dan dipersiapkan oleh guru.
Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus
dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga
semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-
baiknya.
Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang
menegangkan.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti
proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan
komentar-komentar.
c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya
adalah:
Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok
atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi.
Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum dipahami.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-
tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.