Selasa, 13 Desember 2016

TEKNIK  PEMBELAJARAN
1. Inquiri atau Menemukan
 Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri Menurut Para Ahli
Adapun beberapa pengertian mengenai Metode Pembelajaran Inkuiri menurut paha ahli sebagai berikut:
1.      Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan “inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis”.
2.      Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa “strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah  suatu metode pembelajaran yang menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan cara  proses berpikir logis dan analitis untuk memecahkan suatu masalah.
Konsep Dasar Metode Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2012), metode pembelajaran Inkuiri adalah strategi pembelajaran inkuiri, yakni rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaituheuriskein yang berarti saya menemukan.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Sebagai contoh penerapan model inkuiri sosial dalam pembelajaran Sejarah dengan topik “Peninggalan-peninggalan Di Jaman Prasejarah”.
Tabel
No.
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.
Orientasi
a.       Menjelaskan topik dan tujan, yaitu tentang peninggalan prasejarah
b.      Memberikan contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c.       Membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap prninggalan prasejarah
d.      Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan berkaitan peninggalan prasejarah.
e.       Membimbing untuk mengkaji hubungan antar data yang ditemukan terkait peninggalan prasejarah.
a.       Memahami topik dan tujuan tentang peninggalan prasejarah
b.      Menerima contoh beberapa peninggalan prasejarah.
c.       Melakukan analisis terhadap prninggalan prasejarah.

d.      Melakukan tanya jawab berkaitan peninggalan prasejarah.

e.       Mengkaji hubungan antar variable/data pada contoh kasus yang ditemukan terkait peninggalan prasejarah.
2.
Merumuskan Masalah
a.       Membantu siswa mengembangkan hipotesis terkait peninggalan prasejarah.
b.      Membantu siswa menguji kebenaran atas data-data yang terkumpul terkait dengan peninggalan prasejarah.
c.       Membantu siswa mencari fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.
a.       Mengembangkan hipotesis terkait peninggalan prasejarah.

b.      Menguji kebenaran data-data dengan memanfaatkan media yang ada (buku, internet)
c.       Mencari fakta/bukti atas hipotesis yang diajukan.
3.
Merumuskan hipotesis
a.       Membimbing untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan hipotesis.
b.      Membimbing siswa merumuskan hipotesis
a.       Melakukan klarifikasi hipotesis.

b.      Merumuskan hipotesis
4.
Pengumpulan Bukti dan Fakta
a.       Membimbing siswa untuk mengumpulkan fakta dan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung hipotesis melalui buku, internet, dan sebagainya
b.      Membimbing siswa cara-cara mengumpulkan fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.
c.       Mendorong siswa melakukan untuk belajar meverivikasi, mengkategorikan data.
a.       Melakukan pengumpulan data, fakta, bukti yang mendukung hipotesis melalui buku, internet, dan sebagainya

b.      Mengumpulkan fakta, bukti, data yang mendukung hipotesis.

c.       Melakukan verifikasi, kategori data.
5.
Menguji Hipotesis
a.       Membantu siswa memperluas hipotesis yang diajukan.
b.      Membantu mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis.
c.       Meyakinkan siswa atas kebenaran/fakta yang menjadi jawaban dari rumusan hipotesis dan dari data-data yang telah terkumpul
a.       Memperluas hipotesis yang diajukan.

b.      Mengkaji kualitas dan kekurangan hipotesis.


c.       Menerima kebenaran/fakta yang menjadi jawaban rumusan hipotesis dan dari data-data yang telah terkumpul.
6.
Merumuskan Kesimpulan
a.       Membantu siswa mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu dengan memberikan kesimpulan atas beberapa hasil uji hipotesis
b.      Membimbing siswa untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan.
c.       Membimbing siswa untuk menganalisis masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d.      Membimbing siswa untuk memilih pemecahan masalah yang paling tepat
a.       Mengungkapkan penyelesaian masalah yang dipecahkan, yaitu memberikan kesimpulan  atas beberapa hasil uji hipotesis

b.      Mengembangkan beberapa kesimpulan.

c.       Melakukan analisis atas masing-masing kesimpulan yang telah dibuat.
d.      Melakukan pemilihan pemecahan masalah yang paling tepat

2.  Konstruktivisme 
 Konsep Belajar Konstruktivisme
Teori konstrukivisme merupakan teori belajar yang termasuk ke dalam teori belajar kognitif. Teori konstruktivisme mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh J. Piaget pada akhir abad ke-20. Menurut teori ini  pada dasarnya tiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” orang lain, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang  sudah ada dalam pikirannya. Sebagaimana dikatakan Bodner : “….knowladge is constructed as the learner strives to erganize his or her experience in terms of preexisting mental structure”. Dengan demikian pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Seorang siswa harus membangun sendiri pengetahuan tersebut dalam otak masing-masing.Pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya akan diingat sementara.
Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema, dan akomodasi adalah proses merubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Misalnya pada suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api, maka berdasarkan pengalamannya terbentuk skema tentang api, bahwa api harus dihindari. Dengan demikian ketika melihat api,secara reflek ia akan menghindar. Semakin dewasa, pengalaman tentang api semakin bertambah. Ketika ia melihat ibunya memasak menggunakan api atau melihat ayahnya menyalakan rokok dengan api, maka skema awal tentang api yang telah terbentuk disempurnakan, bahwa api bukan harus dihindari tapi dimanfaatkan.
Pandangan J. Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan terbentuk dalam struktur kognitif individu, sangat berpengaruh terhadap paradigma proses pendidikan di sekolah, yaitu berkembangan metode pembelajaran yang tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Secara rinci implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak   yang dikutip oleh Hamzah dari Poedjiadi (2006) adalah sebagai berikut :
1.        tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
2.        kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari–hari dan
3.        peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik
  Contoh-contoh Pembelajaran Matematika SD Dengan Pendekatan Konstruktivisme.
Perhatikan dialog antara guru dan siswa dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Fitz Simons (1992) :
Guru                           : berapa 10 pangkat 3?
Siswa                          : 1000
Guru                           : dan 10 pangkat 2?
Siswa                          : 100
Guru                           : jadi 10 pangkat 1 menjadi berapa?
Siswa                          : 10
Siswa                          : berapa 10 pangkat 0? (siswa bertanya kepada guru )
Guru                           : mari kita cari berapa 10 pangkat 0?
                            kamu tahu bahwa pangkat 10 menurun satu persatu. Apa yang terjadi      jika 10 pangkat 0?           
Siswa                          :  satu
Guru                           :  berapa 10 pangkat -1?
Siswa                          :  0,1 atau 1/10 
                Dari dialog guru dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme guru mengajak siswa untuk mengemukakan pendapat, mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga siswa diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman dan mengkonstruksi sendiri tentang konsep bilangan pangkat n yaitu 10 pangkat 3 atau 103 = 1000 dimana nilai n = 3.Jadi 10n =…
3.  SETS (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat)
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains maupun non sains.

Konsep Pendidikan SETS
Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Keberhasilan Pendidikan SETS dengan kedalaman yang memadai sangat relevan untuk memecahkan problem yang melanda kehidupan sehari-hari. Misalnya masalah pencemaran, pengangguran, bencana alam, kerusuhan sosial dan lain-lainnya. Isu-isu tersebut dapat dibawa ke dalam kelas dan dikaji melalui pendidikan SETS untuk dicarikan pemecahannya, paling tidak pencegahannya.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Pendidikan SETS mencakup topik maupun konsep yang berhubungan dengan sains, teknologi, lingkungan dan berbagai hal yang diperkirakan melanda masyarakat. Obyek-obyek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama SETS.
Keempat unsur pada Pendidikan SETS saling berinteraksi dalam membahas suatu konsep pendidikan baik sins maupun non sains. Untuk memenuhi kepentingan peserta didik perlu diciptakan suatu program yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik maupun warga masyarakat. Para guru diharapkan lebih berhati-hati dalam pengajarannya jika memasukkan konsep atau topik yang akan dibahas dengan teknik Pendidikan SETS. Topik tersebut harus aktual dan sesuai dengan subyek yang sedang dipelajari dan tentunya tidak bertentangan dengan kurikulum yang dibakukan. Satu hal yang paling penting, Pendidikan SETS harus dapat membawa setiap peserta didik berperan serta dalam kegiatan pembelajaran.
Bentuk korelasi hubungan timbal balik antara unsur-unsur SETS digambarkan sebagai berikut : (yang menjadi fokus perhatian adalah lingkungan).


TEKNOLOGI

LINGKUNGAN


S A I N S


MASYARAKAT

Gambar 1. Hubungan timbal balik unsur-unsur Pendidikan SETS
Berarti sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat saling terkait dalam hubungan dua arah antara sains dengan lingkungan, teknologi, masyarakat. Antara lingkungan dengan sains, teknologi, masyarakat. Antara teknologi dengan sains, lingkungan, masyarakat. Antara masyarakat dengan sains, lingkungan, teknologi. Hubungan ke saling terkaitan dua arah antara elemen-elemen SETS menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang menjadi dampak yang tumbuh dari perkembangan tiap-tiap elemen SETS.

4. Pemecahan Masalah
Sanjaya membedakan antara mengajar memecahkan masalah dengan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasi materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah. Perbedaannya terdapat pada kedudukan pemecahan masalah apakah sebagai konten atau isi pelajaran atau sebagai strategi.  Strategi pembelajaran pemecahan masalah bisa dalam hal pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Ada dua jenis pendekatan yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan yang bersifat materi. Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum.  Dalam pembelajaran matematika, pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah berarti guru menyajikan materi pelajaran dengan mengarahkan siswa kepada pemanfaatan strategi pemecahan masalah dalam memahami materi pelajaran dan dalam menyelesaikan soal-soalnya. Materi pelajaran dipandang sebagai sekumpulan masalah yang harus dipahami dan diselesaiakan. Sedangkan metode pemecahan masalah lebih sempit lagi, yaitu bagaimana guru menyajikan soalsoal sebagai masalah yang harus dipecahkan dengan strategi pemecahan masalah.
Dalam perkembangan teori-teori pembelajaran, pembelajaran pemecahan masalah ini dapat dipraktekkan seperti dalam pendekatan pembelajaran open ended, problem based learning (PBL), atau metode pembelajaran yang secara khusus mengajarkan strategi-strategi pemecahan masalah. Khususnya di SD, masalah matematika sering disajikan dalam bentuk soal cerita, soal tidak rutin, teka-teki, atau pola bilangan. Tetapi dalam buku-buku teks pembelajaran yang sering digunakan adalah soal cerita dan ilustrasi gambar
Krulik dan Rudnik ( 1995) mengenalkan lima tahapan pemecahan masalah yang mereka sebut sebagai heuristik. Heuristik adalah langkah-langkah dalam menyelesaikan sesuatu tanpa harus berurutan. Dalam bukunya, ”Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School”, mereka mengkhususkan langkah ini dapat diajarkan di sekolah dasar.
Lima langkah tersebut adalah :
1. Read and Think (Membaca dan Berpikir), yang meliputi kegiatan mengidentifikasi fakta, mengidentifikasi pertanyaan, memvisualisasikan situasi, menjelaskan setting, dan menentukan tindakan selanjutya.
2. Explore and Plan (Ekplorasi dan Merencanakan), yang meliputi kegiatan: mengorganisasikan informasi, mencari apakah ada informasi yang sesuai/diperlukan, mencari apakah ada informasi yang tidak diperlukan, mengambar/mengilustrasikan model masalah, dan membuat diagram, tabel, atau gambar.
3. Select a Strategy (Memilih Strategi), yang meliputi kegiatan : menemukan/membuat pola, bekerja mundur, coba dan kerjakan, simulasi atau eksperimen, Penyederhanaan atau ekspansi, membuat daftar berurutan, deduksi logis, dan membagi atau mengkategorikan permasalahan menjadi masalah sederhana.
4. Find an Answer (Mencari Jawaban), yang meliputi kegiatan: memprediksi, menggunakan kemampuan berhitung, menggunakan kemampuan aljabar, menggunakan kemampuan geometris, dan menggunakan kalkulator jika diperlukan.
5. Reflect and Extend (Refleksi dan Mengembangkan), memeriksa kembali jawaban, menentukan solusi alternatif, mengembangkan jawaban pada situasi lain, mengembangkan jawaban (generalisasi atau konseptualisasi), mendiskusikan jawaban, dan menciptakan variasi masalah dari masalah yang asal.
5. Diskusi
Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.
Metode diskusi dalam belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu:

1.  The social problem meeting 

Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

2. The open-endet meeting 

Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang. berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di sekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka.

3. The educational-diagnosis meeting 

Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1.                  Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. 
2.                  Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya. 
3.                  Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan lancar. 
4.                  Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut. 
5.                  Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.

Manfaat Metode Diskusi

Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid, antara lain:

1.                  Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan. 2
2.                  Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang salah. 
3.                  Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 
4.                  Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota kelas. 
5.                  Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai sesuatu.

6. Tanya Jawab

Metode  tanya  jawab  adalah  cara  penyampaian  suatu  pelajaran  melalui
interaksi dua  arah dari  guru kepada  siswa  atau dari  siswa kepada  guru  agar
diperoleh  jawaban  kepastian materi melalui  jawaban  lisan  guru  atau  siswa.
Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa  sama-sama aktif. Siswa dituntut
untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru. Rasa ingin tahu
anak usia SD harus ditumbuh-suburkan agar ia menjadi manusia yang kreatif.
Untuk  itu  guru  harus  menguasai  keterampilan  bertanya  dan  juga    harus mempunyai semangat yang tinggi didalam menciptakan situasi yang kondusif
bagi terlaksananya tanya jawab yang mendidik.

    Adapun tujuan metode tanya jawab adalah :
1)  Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
2)  Mendorong  siswa  berani mengajukan  pertanyaan  kepada  guru    tentang
masalah yang belum dipahami
3)  Menimbulkan kompetisi belajar yang sehat, dimana siswa yang aktif dan
dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa lain dengan baik akan lebih
percaya  diri  dan  akan  terus  berusaha  untuk  lebih  baik  lagi,  dan  siswa
yang belum aktif atau tidak dapat menjawab pertanyaan guru atau siswa
lainnya dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi dalam kesempatan lain.
4)  Melatih siswa untuk berpikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik
berdasarkan pemikiran yang orisinal.
5)  Dengan metode  tanya  jawab  siswa diarahkan agar mengerti, memahami
dan berinteraksi  secara  aktif dalam pembelajaran  sehingga  tujuan dapat
dicapai dengan baik.

Keunggulan Metode tanya jawab meliputi sebagai berikut
a)  Dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b)  Mengetahui kedudukan atau kualitas siswa dalam belajar di kelas.
c)  Dapat merangsang siswa menggunakan daya pikir dan nalarnya.
d)  Menimbulkan keberanian dalam mengemukakan jawaban. 2)  Keterbatasan Metode tanya jawab

Langkah-langkah  Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Bagaimana  cara  melaksanakan  metode  tanya  jawab  dengan  baik?  Metode
tanya jawab ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai
berikut :
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
berakhir
b)  Siapkan  materi  pembelajaran  sesuai  dengan  tujuan  yang  telah
dirumuskan. c)  Siapkan  pertanyaan-pertanyaan  yang  akan  digunakan  sesuai  dengan
ranah  kognitif,  afektif,  atau  psikomotorik  (tergantung  materi  dan
tujuan pelajaran).
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Pembukaan
Seperti halnya metode ceramah, sebelum kegiatan inti pelajaran, guru
melaksanakan kegiatan membuka pelajaran yang meliputi :
  Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memotivasi siswa yaitu
pertanyaan-pertanyaan  yang  ada  kaitannya  dengan  materi  yang
akan diajar.
  Mengajukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b)  Kegiatan Inti Pelajaran
Kegiatan  ini  dilakukan  melalui  metode  tanya  jawab  dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
  Ajukan  pertanyaan-pertanyaan mengenai materi  pelajaran  seperti
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
  Gunakan  keterampilan-keterampilan  bertanya  dasar  dan  lanjut
seperti  memberi  acuan,  pemusatan,  menggilir,  menyebarkan,
memberi  waktu  berpikir,  memberi  tuntunan,  mengajukan
pertanyaan melacak dan sebagainya.
  Jangan lupa memberi penguatan yang dapat menjawab pertanyaan
guru  dan menghindari  pemberian    penguatan  negatif  bagi  siswa
yang  tidak  dapat  menjawab  pertanyaan  atau  yang  jawabannya
salah.
  Beri  tuntunan  bagi  siswa  yang  tidak  bisa menjawab  pertanyaan
guru  atau  bagi  siswa  yang  jawabannya  salah.  Jika  siswa  tidak
dapat menjawab pertanyaan alihkan ke beberapa siswa lain sampai
diperoleh  jawaban  yang  benar.  Siswa  yang  menjawab  salah
diminta  mengulangi  jawaban  yang  benar  dan  diberi  penguatan
yang benar. Jika  tidak ada satupun siswa yang menjawab dengan
benar, maka guru harus menjawab dan memberi penjelasan.
  Jika ada siswa yang bertanya lemparkan pertanyaan itu pada siswa
lain untuk menjawabnya, jangan terburu-terburu guru sendiri yang
menjawab pertanyaan itu.
  Pertanyaan  guru  yang  sahih  (analisis,  sintesis  dan  evaluasi)  beri
kesempatan  siswa  mendiskusikan  dengan  teman  sebangkunya
untuk memperoleh jawaban yang benar.   Setiap  pokok  bahasan  yang  selesai  dipertanyakan  guru meminta
siswa untuk membuat kesimpulannya
c)  Kegiatan Mengakhiri Tanya Jawab
Apa  yang  harus  dilakukan  guru  dalam  mengakhiri  pembelajaran
dengan metode  tanya  jawab  ini? Adapun  yang  harus dilakukan  guru
adalah:
  Meminta  siswa  merangkum  isi  pelajaran  yang  dilaksanakan
melalui  tanya  jawab  itu.  Guru  membimbing  siswa  membuat
rangkuman  itu  melalui  tuntunan  atau  pertanyaan-pertanyaan
pelacak untuk memperoleh rangkuman yang diinginkan.
  Guru  melakukan  evaluasi  dengan  mengajukan  pertanyaan-
pertanyaan  untuk mengetahui  tingkat  penguasaan  siswa  terhadap
materi yang diajarkan.
  Guru memberi tugas untuk mempelajari materi pelajaran di rumah
untuk makin menguasai materi tersebut. 

7. Penugasan / Resitasi 

Menurud Sudirman. N, (1991:141). Pengertian metode penugasan/ resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan :Metode resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi terstruktur adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.

Metode resitasi terstruktur merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran. Sumiati Side (1984:46) menyatakan bahwa pemberian tugas-tugas berupa PR mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia. Salah satu strategi belajar Bahasa Indonesiayang baik adalah memperbesar frekuensi pengulangan materi/ dengan memperbanyak latihan soal-soal sehingga menjadi suatu keterampilan yang dapat melatih diri mendayagunakan pikiran.

Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan metode resitasiterstruktur yaitu :
1. Tugas yang diberikan harus jelas
2. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)

Kelebihan Metode Penugasan / Resitasi:
1) Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak , baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.
2) Metode ini dapat mengembangkan kemandiria siswa yang diperlukan kehidupan kelak.
3) Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
4) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri imformasi dan komunikasi.
5) Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

8. Karya ilmiah
Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Tujuan karya ilmiah agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.
Fungsi karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)
Hakikat karya ilmiah mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.
Syarat menulis karya ilmiah
1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa
Sifat karya ilmiah
formal harus memenuhi syarat:
1. lugas dan tidak emosional (mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri)
2. Logis (disusun berdasarkan urutan yang konsisten)
3. Efektif (satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan).
4. Efisien (hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami)
5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Manfaat Penyusunan karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya
ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan
mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog
pengarang atau katalog judul buku.
4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas
dan sistematis.
5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

9. Demonstrasi 
bahwa  demonstrasi  adalah  cara  penyajian  pelajaran  dengan memperagakan
dan mempertunjukkan  pada  siswa  tentang  suatu  proses,  situasi  atau  benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam
bentuk  tiruan yang dipertunjukkan oleh   guru atau  sumber belajar  lain yang
ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Metode  Demonstrasi  biasanya  berkenaan  dengan  tindakan-tindakan  atau
prosedur  yang  dilakukan  misalnya  :  proses    mengerjakan  sesuatu,  proses
menggunakan  sesuatu,  membandingkan  suatu  cara  dengan  cara  lain,  atau
untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.  
Metode  demonstrasi digunakan dengan tujuan :
1)  Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
2)  Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3)  Mengembangkan  kemampuan  pengamatan  kepada  para  siswa  secara
bersama-sama.
Kelebihan  metode  demonstrasi  dibanding  dengan  metode  yang  lain
adalah:
a)  Pelajaran menjadi  lebih  jelas dan  lebih konkrit sehingga  tidak  terjadi
verbalisme.
b)  Siswa  akan  lebih  mudah  memahami  materi  pelajaran  yang
didemontrasikan itu.
c)  Proses  pembelajaran  akan  sangat  menarik,  sebab  siswa  tak  hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d)  Siswa  akan  lebih  aktif  mengamati  dan  tertarik  untuk  mencobanya
sendiri.
e)  Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal berikut :
1)  Kegiatan Persiapan
  Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
  Menyusun materi  yang  akan  diajarkan  untuk mencapai  tujuan  yang
telah dirumuskan.
  Menyiapkan  garis  besar  langkah-langkah    demonstrasi  yang  akan
dilakukan  untuk  mempermudah  penguasaan  materi  yang  telah
disiapkan.
  Melakukan  latihan  pendemonstrasian    termasuk  cara  penggunaan
peralatan yang diperlukan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
a)  Kegiatan Pembukaan
Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan
dalam pembukaan pelajaran :
  Aturlah  tempat  duduk  yang  memungkinkan  setiap  siswa  dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.
  Tanyakan pelajaran sebelumnya.   Timbulkan motivasi  siswa  dengan mengemukakan  anekdot  atau
kasus  di masyarakat  yang  ada  kaitannya  dengan  pelajaran  yang
akan dibahas.
  Kemukakan  tujuan  apa  yang  harus  dicapai  oleh  siswa  dan  juga
tugas-tugas  apa  yang  harus  dilakukan  disamping  dalam
demonstrasi nanti.
b)  Kegiatan Inti Pembelajaran
  Mulailah melakukan  demonstrasi  sesuai  yang  telah  direncanakan
dan dipersiapkan oleh guru.
  Pusatkan  perhatian  siswa  kepada  hal-hal  penting  yang  harus
dikuasai  dari  demonstrasi  yang  dilakukan  oleh  guru  sehingga
semua  siswa  mengikuti  jalannya  demonstrasi  dengan  sebaik-
baiknya.
  Ciptakan  suasana  kondusif  dan  hindari  suasana  yang
menegangkan.
  Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti
proses  demonstrasi  termasuk memberi  kesempatan  bertanya  dan
komentar-komentar.
c)  Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
  Jika  demonstrasi  telah  selesai,  yang  dilakukan    guru  selanjutnya
adalah:
  Meminta  siswa  merangkum  atau  menyimpulkan  pokok-pokok
atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi.
  Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum dipahami.
  Melakukan  evaluasi,  baik  evaluasi  hasil  belajar maupun  evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
  Tindak  lanjut  baik  berupa  tugas-tugas  berikutnya maupun  tugas-
tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.